Menu

Mode Gelap
Sebanyak 70 Orang di Kentucky, AS Tewas usai Diterjang Tornado Dahsyat Kemendag Cabut Larangan Penjualan Minyak Goreng Curah Berita Populer: Uji Coba Gage ke Anyer-Kunjungan Wisman 2022 Diprediksi Rendah Bosen Kerja Kantoran? Jadi Atlet MMA Aja! Di Negeri Sawit, Minyak Goreng Tak Terjangkau Belum Punya Mobil saat Merintis Karier, Andre Taulany: Ke Mana-mana Naik Angkot

Category

Skandal Chromebook Rp 9,9 Triliun: Menguak Dugaan Korupsi Proyek Pendidikan

badge-check


Skandal Chromebook Rp 9,9 Triliun: Menguak Dugaan Korupsi Proyek Pendidikan Perbesar

Lagpress.com – Proyek Chromebook di Era Digitalisasi Pendidikan

Sejak pandemi COVID-19, digitalisasi pendidikan menjadi prioritas utama pemerintah Indonesia. Upaya mempercepat transformasi di sekolah-sekolah membuka peluang dan risiko baru — salah satu yang paling mencuri perhatian adalah proyek pengadaan Chromebook di bawah Kemendikbudristek.

Menurut versi Kejaksaan Agung, pengadaan ini melibatkan anggaran Rp 9,98 triliun yang dibagi dari dana alokasi khusus (DAK) dan anggaran pusat.

Secara ringkas:

Dengan skala sebesar itu, publik pantas bertanya: apakah ini benar langkah strategis untuk pendidikan atau celah lepasnya dana publik?

Kronologi & Aktor Utama

Penetapan Tersangka & Tahapan Penyelidikan

Kejaksaan Agung menyatakan telah menetapkan beberapa individu sebagai tersangka dalam kasus ini:

  • Sri Wahyuningsih (Direktur SD di Kemendikbud)

  • Mulyatsyah (Direktur SMP)

  • Ibrahim Arief (konsultan mandiri)

  • Jurist Tan (mantan Staf Khusus Mendikbudristek)

  • Nadiem Makarim (mantan Mendikbudristek)

Beberapa poin menarik dalam proses penyidikan:

  • Kejaksaan menggeledah apartemen stafsus mantan mendikbud untuk mengamankan dokumen dan perangkat elektronik.

  • Kejaksaan juga mulai menerima pengembalian dana dari pihak vendor dan kementerian terkait.

  • Nadiem sendiri dinyatakan tersangka dan ditahan sementara, memicu gelombang pro dan kontra di publik dan kalangan politik.

Peran yang Diduga & Modus Operandi

Beberapa dugaan modus dalam kasus ini antara lain:

  1. Pengaturan Spesifikasi ke OS Tertentu
    Dokumen teknis dituduh diatur agar mengarahkan ke Chrome OS, bukan alternatif lain, sehingga vendor-vendor tertentu lebih diunggulkan. Penggelembungan Harga & Mark-up
    Anggaran proyek yang besar memberi ruang bagi mark-up per unit atau ongkos logistik tersembunyi. Media menyebut kata “senilai Rp 9 triliun” sebagai angka sorotan.

  2. Kajian Teknis & Tender yang Dipaksakan
    Ada tuduhan bahwa kajian teknis (feasibility study) diubah agar proyek tetap lolos, walaupun tidak ideal untuk kondisi Indonesia (misalnya jaringan internet yang belum merata).

  3. Distribusi & Pelaporan Simbolik
    Beberapa unit Chromebook diklaim telah disebarkan ke sekolah-sekolah, yang kemudian dijadikan bukti distribusi proyek. Namun efektivitas penggunaannya dipertanyakan, khususnya di daerah 3T (tertinggal, terpencil, terdepan).

Spesifikasi & Nilai Proyek: Apakah Proporsional?

Media teknologi mencoba membongkar berapa “isi” perangkat tersebut. Salah satu artikel menyebut bahwa dengan anggaran besar, spesifikasi Chromebook yang diterima siswa justru tidak terlalu tinggi.

AspekTemuan / TuduhanCatatan Penting
OS / SistemChrome OS dijadikan syarat wajibMenurut Kejaksaan, pilihan OS berbeda dijegal dalam spesifikasi tender
Harga per unitDiduga mahal atau mark-upJika total Rp 9,9 triliun, rata-rata unit bisa sangat tinggi tergantung jumlah unit yang dibeli
Konektivitas & penggunaan offlineBanyak daerah belum optimal jaringanUji coba awal menunjukkan lemahnya cakupan internet di banyak sekolah
Daya tahan & garansiTidak banyak diulas publik secara rinciHal ini menjadi titik kritik: apakah perangkat tahan lama dan layak diklaim sebagai investasi?

Jika perangkat yang dibeli hanya “cukup standar” namun dihargai sangat tinggi, maka ruang manipulasi keuntungan sangat terbuka.

Reaksi Publik & Stakeholder

Dari Pemerintah & Kementerian

  • Nadiem Makarim membantah tuduhan sebagai bentuk politisasi, dan menyatakan bahwa proyek ini memiliki dasar teknis serta telah melalui audit.

  • Pihak Kemendikbudristek menyatakan akan mendukung proses hukum dan transparansi.

Dari Organisasi Pengawas & Masyarakat

  • ICW dan sebagian pengamat menyoroti bahwa proyek ini melanggar prinsip pengadaan terbuka dan tidak sesuai urgensi pendidikan — terutama jika perangkat tidak optimal untuk semua wilayah.

  • Media massa dan publik menyoroti nilai triliunan, menimbulkan pertanyaan: mengapa tidak dialokasikan untuk infrastruktur (internet sekolah) terlebih dahulu?

Dampak Psikologis & Politik

Proyek sebesar ini otomatis menjadi titik tekanan. Nama mantan Menteri terkait bisa memicu konflik kepentingan, tuduhan politisasi proses hukum, dan pengaruh “penjebakan opini” di ruang publik.

Status Terkini & Prediksi Lanjutan

  • Beberapa dana sudah dikembalikan oleh pihak vendor / kementerian ke Kejaksaan. Namun jumlah pasti belum dipublikasikan secara resmi.

  • Penetapan tersangka terhadap Nadiem memicu sidang praperadilan. Kasus ini kemungkinan akan melibatkan audit tambahan (oleh BPK, BPKP) dan penyusunan dakwaan yang sangat terperinci.

  • Efek jangka panjang: kepercayaan publik terhadap program digitalisasi pendidikan bisa turun, terutama jika hasilnya dianggap “gagal” atau mubazir.

Pelajaran & Catatan Kritis

  1. Prioritaskan Infrastruktur Dasar Terlebih Dahulu
    Membeli perangkat canggih tanpa jaringan listrik / internet memadai sama saja membungkus “alat tanpa jalan”.

  2. Transparansi Spesifikasi & Tender Harus Terbuka
    Jika spesifikasi teknis dirahasiakan atau “diarahkan”, maka peluang penyimpangan sangat besar.

  3. Audit Independen & Keterlibatan Publik
    Audit eksternal sejak awal (misalnya lembaga pengawasan, organisasi masyarakat) bisa mencegah manipulasi.

  4. Evaluasi Efektivitas, Bukan Kuantitas
    Lebih baik sedikit perangkat yang berfungsi optimal dibanding banyak perangkat yang tidak dipakai.

  5. Akuntabilitas Pejabat & Vendor
    Jika terbukti, penegakan hukum harus adil, cepat, dan transparan agar menjadi contoh pencegahan.

Kesimpulan

Skandal Chromebook di proyek pendidikan Indonesia mencuat sebagai salah satu skandal teknologi paling besar dalam beberapa tahun terakhir. Dengan nilai yang dipublikasikan mendekati Rp 9,9 triliun, kasus ini memadukan kontroversi teknis, hukum, dan politik.

Apakah ini sekadar kegagalan sistem atau konspirasi keuntungan jutaan rupiah? Kejaksaan dan lembaga hukum punya tantangan besar untuk membuktikannya secara meyakinkan. Di sisi lain, masyarakat — terutama dunia pendidikan — harus menjadi pengawas kritis agar anggaran publik benar-benar digunakan untuk kemajuan anak bangsa, bukan untuk kesalahan mahal. (LAGPRESS/ADMIN)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baca Lainnya

Kesepakatan Dagang UE–Indonesia Masuki Babak Baru: Peluang Ekspor dan Tantangan Domestik

25 Oktober 2025 - 07:02 WIB

EU-Indonesia Trade Relations Infographic

Idol K-Pop Asal Indonesia Ready Debut 2025 — Representasi Lokal di Kancah Global

18 Oktober 2025 - 08:03 WIB

Idola K-pop Indonesia di Panggung

Ekonomi AS Tahan Banting Berkat Ledakan Investasi AI, Tapi Ketidaksetaraan Makin Dalam

17 Oktober 2025 - 23:03 WIB

High-Tech Investment in NYC Skyline

Program Makan Sekolah Gratis Targetkan 70 Juta Anak Tahun Ini: Harapan Baru bagi Generasi Indonesia

17 Oktober 2025 - 22:37 WIB

Lunch Break with Smiling Students

Wacana Militer Memasuki Jabatan Sipil: Apakah Demokrasi Indonesia Terancam

15 Oktober 2025 - 07:37 WIB

Gedung Kementerian Pertahanan Indonesia
Trending di Category